Pasar Daging Hewan Ekstrim Di Tomohon Sulawesi, Ini Buktinya!

Pasar Daging Hewan Ekstrim Di Tomohon Sulawesi, Ini Buktinya! - Selamat Datang Di Informasi Bisnis dan Budidaya Dalam web KICKBISNIS.COM, anda akan menemukan berbagai macam peluang bisnis dan usaha yang menjanjikan peningkatan perekonomian keluarga anda. Info yang anda temukan pada kami kai ini adalah Pasar Daging Hewan Ekstrim Di Tomohon Sulawesi, Ini Buktinya!, Siahkan anda simak baik baik ulasan peluang usaha yang akan kami sampaikan di bawah ini , Semoga saja tulisan ini cocok dengan apa yang anda cari selama ini. Selamat Mencoba dan Semoga Sukses.

lihat juga


Pasar Daging Hewan Ekstrim Di Tomohon Sulawesi, Ini Buktinya!

Macam-macam Jenis Daging Hewan Yang Tidak Lumrah Dimakan Dijual Di Pasar ini
Pasar Ekstrim dan Mengerikan Tomohon, Sulawesi Utara. Keberadaan pasar yang menjual daging binatang/hewan ekstrim Tomohon itu memang menimbulkan polemik. Komunitas pencinta hewan langka rutin menggelar diskusi untuk membangun opini publik sekaligus menggalang dukungan untuk pelarangan penjualan hewan-hewan itu. 
Seperti dilansir dari liputan6.com. Beberapa lapak di pasar Tomohon (pasar paling mengerikan di Sulawesi) menggantungkan daging ular piton yang masih lengkap dengan sisik lorengnya. Pedagang lain menjual daging kelelawar yang dalam bahasa lokal disebut paniki. Ada pula tikus ekor putih alias kawok.
Pangsa pasar ektrem itu tidak hanya melayani warga Tomohon, melainkan juga daerah sekitar seperti Kabupaten Minahasa dan Kota Manado. Alhasil, saat pasar lengkap setiap hari Sabtu, Pasar Beriman Tomohon dipadati pembeli dari berbagai daerah.
Baik kawok maupun paniki dijual utuh, mulai dari kepala, sayap, kaki hingga ekor. Ada pula daging celeng atau babi hutan, anjing hingga kucing yang sudah di-blower hingga tidak tampak lagi bulunya.

"Biasanya, kalau hari Sabtu disebut pasar lengkap. Semua jenis hewan dagangan dijual di Pasar Beriman Tomohon, terutama jenis ular, tikus, dan paniki atau kelelawar," ujar Fransiskus Talokon, warga Kelurahan Paslaten, Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon.

Informasi yang dihimpun menyebutkan sejumlah binatang seperti babi hutan dan anjing didatangkan secara besar-besaran dari Gorontalo atau Palu. Sebab, stok di Kota Tomohon tidak mencukupi permintaan pasar.

Untuk harga berbeda-beda. Donny menyebutkan setumpuk tikus ekor putih dibanderol Rp 30 ribu. Dalam setumpuk tikus ekor putih itu biasanya terdiri atas dua hingga tiga ekor tikus.

"Sedangkan untuk daging ular, rata-rata Rp 60 ribu per kilogram, hampir sama dengan anjing dan babi hutan. Tergantung juga permintaan pasar dan stok yang kami dapat," ujar dia.

Yang paling jarang ditemui pembeli di pasar ini adalah daging monyet atau yaki. Donny mengaku kini pihaknya kesulitan mendapatkan suplai yaki. "Karena memang sudah ada larangan dan protes dari kelompok pencinta hewan langka," ujar dia.

Di tengah pro-kontra itu, masyarakat setempat, terutama di Tomohon dan Minahasa, meyakini jika pesta terasa tak lengkap jika tidak ada menu ekstrem tersebut. Bahkan, sejumlah rumah makan mengandalkan menu ekstrem itu sebagai jualan mereka.

"Yang paling banyak dicari adalah menu ular piton dan yaki. Tapi untuk yaki sudah kekurangan stok," keluh salah seorang pengusaha rumah makan di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa.
Foto-foto "Daging Hewan Dagangan" di Pasar Tomohon
Pasar tradisional Tomohon di Sulawesi Utara, Indonesia ini menjual monyet, kelelawar, anjing, kucing, babi, tikus, kukang dan bahkan ular piton raksasa dalam keadaan utuh yang dipajang di atas meja. Wajah hewan-hewan tersebut menunjukkan ekspresi penderitaan karena rasa sakit yang teramat sangat.

Kios-kios makanan yang mengerikan tersebut disaksikan oleh seorang fotografer yang juga seorang blogger dari Oman, Raymond Walsh, 44. Mr. Walsh mengatakan rasanya lebih mudah memandang hewan-hewan yang sudah mati dan dipotong-potong itu daripada memandang hewan-hewan yang masih hidup yang terkungkung di dalam kerangkeng menunggu nasib mereka.

Add caption


Grisly: The blackened bodies of dozens of dogs sit on a table in Tomohon Traditional market in North Sulawesi
Add caption

When asked to describe the smell, Mr Walsh said: 'In a word, appalling. There's something about the air that changes when there's that much death around'
Add caption

Add caption
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar