Waspadai Gangguan Estrus Pada Ternak Akibat Korpus Luteum Persistant

Waspadai Gangguan Estrus Pada Ternak Akibat Korpus Luteum Persistant - Selamat Datang Di Informasi Bisnis dan Budidaya Dalam web KICKBISNIS.COM, anda akan menemukan berbagai macam peluang bisnis dan usaha yang menjanjikan peningkatan perekonomian keluarga anda. Info yang anda temukan pada kami kai ini adalah Waspadai Gangguan Estrus Pada Ternak Akibat Korpus Luteum Persistant, Siahkan anda simak baik baik ulasan peluang usaha yang akan kami sampaikan di bawah ini , Semoga saja tulisan ini cocok dengan apa yang anda cari selama ini. Selamat Mencoba dan Semoga Sukses.

lihat juga


Waspadai Gangguan Estrus Pada Ternak Akibat Korpus Luteum Persistant

PENYEBAB DAN CARA MENCEGAH KORPUS LUTEUM PERSISTEN
(CORPUS LUTEUM PERSISTENT = CLP) SERTA KERUGIAN YANG DITIMBULKAN AKIBAT ESTRUS TERNAK TERGANGGU

PENGERTIAN KORPUS LUTEUM

1. Korpus luteum (K.L) adalah penghasil hormon progesteron, yaitu hormon yang berperan dalam proses menyiapkan dan menjaga kebuntingan;

2. Disebut tetap atau persisten karena ukurannya tetap besar dan tetap berfungsi menghasilkan hormon progesteron dalam jangka waktu lama;

3. Keadaan KLP bisa didiagnosa dengan palpasi rektal dimana di dalam uterus ada cairan nanah bila menderita piometra, fetus yang telah kering bila terjadi mumifikasi, fetus menggembung berisi udara bila terjadi emfisema. KLP ini bisa berlangsung lebih dari setahun bila patologinya tidak ditangani dengan tuntas;

4. KLP biasanya berada di tengah ovarium sehingga lebih susah untuk dipalpasi.

PENYEBAB

1. KLP bisa berasal dari KL yang normal, yaitu KL periodikum yang ada pada setiap satu siklus birahi, kemudian mengecil menjadi korpus luteum albikan (putih) karena lisis (meluruh) yang diakibatkan oleh pengaruh Prostaglandin F₂Alfa (PGF₂Alfa) yang membanjir pada masa akhir birahi;

2. KLP bisa juga berasal dari KL graviditatum (kebuntingan), yaitu setelah induk melahirkan, secara normal akan mengalami lisis juga akibat kerja PGF₂Alfa;

3. Bisa juga terjadi pada induk sapi setelah melahirkan, disebabkan adanya patologi di uterus (piometra, maserasi fetus, mumifikasi fetus, emfisema fetus) dan atau kematian embrio dini;

4. Induk sapi perah yang berproduksi susu banyak, >30 liter/hari, juga sering diikuti oleh adanya KLP. Ini disebabkan hormon LTH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior pasca melahirkan, menghambat proses lisis dari korpus luteum graviditatum.

AKIBAT

1. Dengan adanya gangguan sekresi hormon progesteron yang tinggi dalam darah di luar masa kebuntingan, yang dihasilkan oleh CLP, maka akan terjadi gangguan birahi menjadi tidak birahi (an-estrus);

2. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya umpan balik negatif (negative feedback mechanism) terhadap kelenjar hipofisa anterior sehingga sekresi (pengeluaran suatu zat yang masih di dalam tubuh) hormon FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Lutenizing Hormone) yang menyebabkan terjadinya ovulasi (lepasnya sel telur) terhambat;

3. Induk sapi yang mengalami KLP selalu diikuti keadaan an-estrus berkepanjangan, bisa berbulan-bulan bahkan bisa setahun lebih;

4. Pada sapi perah bisa berjalan antara 30 – 90 hari pasca melahirkan, bahkan dapat lebih lama lagi bila tidak terdeteksi dan diterapi;

5. KLP pada sapi perah bisa meliputi ± 26% dari sapi yang baru melahirkan. Bisa sembuh dengan sendirinya setelah beberapa bulan kemudian;

6. KLP yang disebabkan adanya faktor patologi di uterus, menyebabkan endometrium tidak mampu menghasilkan PGF₂Alfa sehingga KL tidak lisis.

TINDAKAN

1. Pertolongan terhadap adanya KLP tentu saja didasarkan diagnosa penyebabnya;

2. Bila KLP disebabkan produksi susu tinggi atau kematian embrio dini, maka pengobatannya bisa dengan menyuntik PGF₂Alfa, dengan dosis 20 – 25 mg dengan cara intra muskuler atau 5 – 6 mg dengan cara intra uterina. Satu atau dua hari kemudian akan terjadi birahi normal;

3. Cara lain, dengan pemijitan KLP secara manual melalui palpasi rektal. Tetapi cara ini bisa menyebabkan terjadinya pendarahan, disusul terjadinya radang ovarium (ovaritis) dan diikuti dengan perlengketan ovarium dengan jaringan di sekitarnya. Cara ini hanya bisa dilakukan oleh tenaga ahli. Maka, bagi orang awam cara ini tidak direkomendasikan;

4. Bila KLP disebabkan oleh patologi uterus, seperti endometritis, maka kejadian patologinya yang mesti diobati sampai sembuh;

5. Pada keadaan piometra, eksudat nanah harus di-flushing (digelontor) pakai desinfektan (Iodine Povidone) sampai bersih dan diobati dengan antibiotika atau kemoterapipetika. Setelah itu disusul dengan pemberian PGF₂Alfa untuk mempercepat lisis KLP;

6. Pada induk yang menderita mumifikasi fetus atau emfisema fetus, pertama-tama uterus harus dikosongkan dulu dengan mengeluarkan fetus yang mati. Bisa dengan memberi hormon pendorong kontraksi uterus (oksitosina atau estradiol benzoat). Kemudian disusul dengan pemberian PGF₂Alfa untuk mempercepat lisis KLP, maka beberapa hari kemudian akan timbul birahi.

PENCEGAHAN

1. Tata laksana pemeliharaan yang baik dan benar (good corporate governance);

2. Nutrisi harus diberikan dalam jumlah cukup semua kebutuhan ternak dalam keadaan seimbang;

3. Sistem perkandangan dibuat dan tata letak (lay out) seyogyanya mengikuti kaidah kandang tipe F.A.E dengan seluruh drainage yang lancar;

4. Kontrol birahi dengan teliti.

Blogger
Disqus

Tidak ada komentar