Fakta Ilmiah Manfaat Rimpang Kunyit Bagi Kesehatan

Fakta Ilmiah Manfaat Rimpang Kunyit Bagi Kesehatan - Selamat Datang Di Informasi Bisnis dan Budidaya Dalam web KICKBISNIS.COM, anda akan menemukan berbagai macam peluang bisnis dan usaha yang menjanjikan peningkatan perekonomian keluarga anda. Info yang anda temukan pada kami kai ini adalah Fakta Ilmiah Manfaat Rimpang Kunyit Bagi Kesehatan, Siahkan anda simak baik baik ulasan peluang usaha yang akan kami sampaikan di bawah ini , Semoga saja tulisan ini cocok dengan apa yang anda cari selama ini. Selamat Mencoba dan Semoga Sukses.

lihat juga


Fakta Ilmiah Manfaat Rimpang Kunyit Bagi Kesehatan

Hasil Penelitian Manfaat Kesehatan Yang Terkandung Pada Rimpang Kunyit

Kunyit. Tanaman rimpang kunyit sebagaimana jahe, laos dan kencur adalah golongan bumbu rempah yang sangat besar manfaatnya dalam aneka jenis masakan di Indonesia. Kunyit memiliki fungsi yang sangat vital dalam beberapa resep kuliner karena manfaatnya yang bisa digunakan sebagai pewarna alami dan juga untuk mengurangi bau tidak sedap pada jenis bahan makanan tertentu. Manfaat lain adalah aroma khas kunyit akan menambah citarasa unik pada masakan.
Kunyit sudah lama digunakan juga dalam pengobatan tradisional untuk mengobatai beberapa jenis penyakit. Salah satu manfaat kunyit dalam bidang pengobatan herbal adalah sebagai obat diare alami. Kunyit juga bermanfaat untuk mengatasi masalah menstruasi, tukak lambung, osteoporosis dan bahkan kanker usus atau saluran pencernaan. Kunyit bisa untuk meringankan penyakit maag dan juga penyakit kulit. Kunyit dapat merangsang kantong empedu untuk menghasilkan empedu. Hal tersebut dianggap bisa membantu meningkatkan pencernaan. Menurut penelitian, mengonsumsi kunyit juga bisa membantu mengurangi gejala perut kembung pada penderita dispepsia.

Bagaimana tinjauan ilmiah tentang manfaat kunyit bagi kesehatan? Apakah sebagian besar manfaat kunyit sudah teruji secara klinis atau ilmiah? Ikuti info penelitian tentang manfaat kunyit berikut ini.

Penelitian Manfaat Kunyit Sebagai Anti Diare

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2007) ekstrak air rimpang kunyit dengan konsentrasi 15% memiliki efek antidiare yang signifikan pada tikus putih jantan dewasa galur Charles River yang telah diinduksi oleum ricini. Dengan mengacu pada penelitian yang sudah ada, dilakukan penelitian lanjutan, pada penelitian ini rimpang kunyit diuji efek antidiarenya dengan pelarut yang berbeda, karena dimungkinkan senyawa kimia rimpang kunyit yang berpotensi sebagai antidiare tersebut juga dapat tersari dengan pelarut etanol 96% sehingga diharapkan ekstrak etanol rimpang kunyit ini juga mempunyai efek antidiare dengan menggunakan hewan uji mencit.

Penelitian Manfaat Kunyit Untuk Osteoporosis

Kunyit ditengarai dapat membantu mengurangi nyeri pada penderita osteoarthritis, yaitu sebuah kondisi yang menyebabkan sendi menjadi nyeri, kaku, dan kehilangan fleksibilitasnya. Sebuah penelitian menyatakan kinerja kunyit sebanding dengan obat ibuprofen dalam mengatasi osteoarthritis. Jika ingin mencoba mengurangi rasa sakit akibat osteoarthritis, Anda bisa mengonsumsi ekstrak kunyit dosis 500 mg dua kali sehari.

Penelitian Manfaat Kunyit Untuk Melindungi Lambung Terhadap Iritasi Pemakaian Obat

Kunyit (Curcuma domestica) sebagai obat tradisional pada penelitian menunjukkan efek gastroprotektif. Parasetamol sebagai obat relatif aman untuk bagian gastro-duodenal tetapi penelitian akhir ini menyatakan parasetamol dosis tinggi meningkatkan resiko terjadinya ulkus lambung. Tujuan : Membuktikan pengaruh perlindungan ekstrak kunyit terhadap mukosa lambung mencit BALB/c yang diberi parasetamol.

Metode : Penelitian eksperimental laboratorik, rancangan post test only control group, 36 mencit BALB/c dibagi menjadi 6 kelompok. Kontrol diberi pakan standar. P1 diberi parasetamol 3,5 mg (7 hari). P2 diberi kunyit 3 mg (14 hari). P3, P4, P5 diberi kunyit 3 mg, 6 mg, dan 12 mg (14 hari), kemudian 7 hari berikutnya parasetamol 3,5 mg.

Hasil : P1 (parasetamol) menunjukkan iritasi mukosa lambung, secara bermakna terhadap kontrol. P2 (kunyit) secara statistik tidak berbeda bermakna terhadap kontrol. Pada P3 dan P4 menunjukkan pengaruh perlindungan walaupun tidak berbeda bermakna jika dibanding dengan P1. P5 (kunyit 12 mg kemudian parasetamol) menunjukkan pengaruh perlindungan mukosa lambung mencit secara bermakna.

Kesimpulan : Ekstrak kunyit berpengaruh dalam melindungi mukosa lambung mencit BALB/c yang mengalami iritasi akibat parasetamol terutama pada dosis 12 mg/hari.

Penelitian Manfaat Kunyit Sebagai Anti Radang dan Anti Kanker serta Diabetes

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menemukan molekul baru dalam tanaman kunyit. Berdasarkan penelitian ilmiah, kunyit yang diketahui mengandung kurkumin telah terbukti mempunyai khasiat antiinflamasi (anti radang), antioksidan, antimikroba, antikanker dan antitumor. Profesor Supardjan, peneliti dari Fakultas Farmasi, disela-sela seminar Kunyit (curcuma longa) mengatakan, dari hasil penelitiannya, kunyit terbukti mengandung senyawa kurkuminoid yang berwarna kuning. Senyawa ini mengandung molekul kurkumin, demetoksin kurkumin dan bidemetoksin kurkumin. "Turunan yang merah lebih ke antiinflamasi, sedangkan yang berwarna kuning lebih senang melindungi hati (hepatotoksik)," ujarnya.

Menurut Supardjan, kurkumin juga baik untuk penderita diabetes. Fungsinya untuk mencegah agar tidak terjadi pembekuan atau penggumpalan darah. Bahkan khasiatnya sudah dibuktikan sendiri oleh Supardjan. "Saya sudah 18 tahun menderita diabetes. Minum 1-2 gelas sehari," ujarnya.

Peneliti farmakologi Fakultas Kedokteran UGM, Nyoman Kertia, mengatakan ekstrak rimpang kunyit juga efektif sebagai anti radang pada penderita penyakit sendi (osteoartritis). Riset yang dilakukan UGM berhasil melakukan penelitian terhadap 80 penderita osteoarthritis. "Ekstrak rimpang kunyit ini memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar MDA (malondialdehida-red) cairan sinovia sendi lutut," katanya.

Dalam buku: ‘The 150 Healthiest Foods On Earth (Fair Winds)’, ahli nutrisi Jonny Bowden mengatakan bahwa setidaknya terdapat 30 penelitian yang menunjukkan bahwa curcumin memiliki khasiat anti-tumor, “Baik dalam mengurangi jumlah atau ukuran tumor atau persentase dari binatang yang mengidap tumor.”

Penelitian Manfaat Kunyit Sebagai Anti Bakteri (Menghambat Pertumbuhan Bakteri)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, E (2002) secara in vitro, membuktikan bahwa senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri baik Gram positif maupun Gram negatif, seperti E.coli dan Staphylococcus aureus, karena kunyit mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri (Said, 2001). Minyak atsiri dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang merupakan turunan fenol. Turunan fenol ini akan berinteraksi dengan dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke dalam sel bakteri, sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein, akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri, sedangkan aktivitas antibakteri curcumin dengan cara menghambat proliferasi sel bakteri. Bakteri penyebab gangguan fungsi saluran cerna yang umum ditemukan di Indonesia diantaranya Bacillus sp dan Shigella dysentriae.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antibakteri (konsentrasi daya hambat) ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp dan Shigella dysentriae. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorik menggunakan metode disc diffusion untuk melihat aktivitas antibakteri kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp. dan Shigella dysentriae. Ekstrak kunyit yang digunakan memiliki konsentrasi 15% , 30%, 50%, 75%, 100%. Untuk kontrol positif digunakan Amoksilin dan Chlorampheniocol. Kuman yang terdapat pada agar nutrien, diambil sebanyak 1 ose dimasukkan ke dalam 10 ml NaCl steril dalam tabung reaksi diaduk dan di vortex. Kemudian swab steril dicelupkan kedalam sampel bakteri NaCl diinokulasikan dan diratakan ke dalam Mueller Hinton Agar (MHA), kemudian dibuat beberapa lubang pada media MHA sebanyak sesuai dengan jumlah konsentrasi, lalu diinkubasi pada suhu 37 derajad Celcius selama 24 jam, keesokan harinya diukur diameter zona terang (clear zone) dengan menggunakan penggaris. Hasil pengamatan menunjukkan ekstrak kunyit memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus sp dan Shigella dysentriae.

Bahaya dan Efek Samping Kunyit
Memang belum ada laporan resmi akan adanya efek samping yang fatal terhadap pemakaian kunyit sebagai obat tradisional secara wajar sesuai dosis dan aturannya. Tetapi ada anjuran yang perlu kita ikuti adalah untuk mengonsumsi kunyit sebaiknya tidak melebihi 500 mg tiap harinya. Hindari mengonsumsinya dalam jumlah 1.500 mg atau lebih guna meminimalisasi efek samping. Hal ini dikarenakan menurut sebuah laporan, kunyit yang dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dapat membuat detak jantung menjadi abnormal.

Beberapa kemungkinan efek samping jika berlebihan menggunakan kunyit: Reaksi alergi. Gangguan pada kantung empedu. Kemungkinan terjadi Perdarahan. Memicu timbulnya Gangguan hati. Menyebabkan Kontraksi uterus. Mengakibatkan Gangguan perut dan pencernaan. Terlalu banyak konsumsi kunyit juga disinyalir dapat mengurangi kesuburan pada pria. Sebaiknya pengonsumsian kunyit dilakukan secara hati-hati atau dihindari oleh ibu hamil dan menyusui, penderita diabetes, penderita gangguan pendarahan, pria yang ingin memiliki anak, orang yang kekurangan zat besi, dan kalangan yang ingin melakukan operasi.

Kandungan Zat Aktif Pada Kunyit
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat-zat manfaat lainnya. Kandungan Zat, kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %, Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1-5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2 = H, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).

Diolah dari berbagai sumber
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar