Program Upsus SIWAB 2018, Selain Sapi Potong Juga Akan Menyasar Sapi Perah
pada Rabu, 04 April 2018
Program Upsus SIWAB 2018, Selain Sapi Potong Juga Akan Menyasar Sapi Perah - Selamat Datang Di Informasi Bisnis dan Budidaya Dalam web KICKBISNIS.COM, anda akan menemukan berbagai macam peluang bisnis dan usaha yang menjanjikan peningkatan perekonomian keluarga anda. Info yang anda temukan pada kami kai ini adalah Program Upsus SIWAB 2018, Selain Sapi Potong Juga Akan Menyasar Sapi Perah, Siahkan anda simak baik baik ulasan peluang usaha yang akan kami sampaikan di bawah ini , Semoga saja tulisan ini cocok dengan apa yang anda cari selama ini. Selamat Mencoba dan Semoga Sukses.
Pemerintah ternyata masih sangat serius melanjutkan program Upsus Siwab melalui berbagai cara. Setelah pengetatan pengawasan pemotongan sapi betina masih bisa bunting/produktif di RPH-RPH menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dengan semakin berkurangnya sapi betina produktif meski kadang masih ditemukan juga jagal yang main kucing-kucingan dengan petugas dan tetap bandel memotong sapi betina tersebut meskipun ancaman denda dan kurungan menantinya.
Bagaimana Tingkat Keberhasilan Program Upsus Siwab dan Kelanjutannya di Tahun 2018?
"Arah dan kebijakan pembangunan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2018 masih tetap difokuskan pada Upsus Siwab," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Hewan (Dirjen PKH) Kementan I Ketut Diarmita, dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (11/12).
Hal yang sama diutarakannya saat membuka acara Rakorteknas (Rapat Koordinasi Teknis Nasional) di Hotel JW Marriot Surabaya, kemarin.
Rakorteknas yang berlangsung selama dua hari sampai saat ini 12 Desember 2017 dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Sukarwo, Kepala Dinas yang menangani fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi se Indonesia, Kepala UPT dan Direktur lingkup Ditjen PKH beserta jajarannya.
"Saya berharap melalui rapat koordinasi seperti ini akan terwujud sinergisme antara pemerintah daerah dan pusat, utamanya dalam merespon dinamika perubahan yang sangat cepat, untuk memastikan implementasi kegiatan yang dibiayai pemerintah berpengaruh pada pencapaian sasaran program nasional," kata Ketut Diarmita.
'Pertemuan ini juga untuk mengevaluasi kinerja program/kegiatan tahun berjalan dan mempertajam rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun berikutnya. Pengalaman pelaksanaan tahun 2017 menjadi pelajaran untuk perbaikan pelaksanaan tahun 2018," jelasnya.
Ketut menegaskan, 2018 adalah tahun kedua pelaksanaan Upsus Siwab, yang tentunya hasilnya harus lebih baik lagi dari tahun 2017. "Melalui Upsus Siwab akan kita optimalkan potensi sapi dan kerbau betina di dalam negeri untuk terus menghasilkan anak dalam rangka menambah populasi ternak nasional," ungkapnya.
"Dari laporan iSKHNAS, capaian IB (Inseminasi Buatan) nasional berdasarkan data kumulatif hingga tanggal 10 Desember 2017 adalah sebanyak 3.717.499 ekor atau 92,94 persen dari target 4 juta ekor. Jumlah kebuntingan nasional mencapai 1.649.716 ekor atau 54,99% dari target 3 juta ekor, serta jumlah kelahiran sebanyak 708.496 ekor,” kata I Ketut Diarmita.
"Kami sampaikan apresiasi kepada daerah yang sudah mencapai atau bahkan melampaui target yang telah ditetapkan. Untuk angka kebuntingan ini masih harus terus kita evaluasi sampai tahun 2018, mengingat tanda-tanda kebuntingan baru bisa dideteksi setelah beberapa bulan setelah sapi di IB," sambungnya
Menurut Ketut, Upsus Siwab merupakan langkah nyata Pemerintah mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri.
Selain itu, lanjut dia, untuk meningkatkan pendapatan peternak, maka pengembangan peternakan kedepan, diarahkan menuju peternakan berbasis korporasi dan hilirisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah.
I Ketut menuturkan, agar terbentuk penguatan kelembagaan peternak perlu dilakukan langkah untuk menggeser dari pola pemeliharaan sapi perorangan kearah kelompok atau pola pemeliharaan kandang koloni, sehingga akan memenuhi skala ekonomi usaha.
"Dengan terbentuknya kelembagaan peternak dan adanya sentuhan teknologi, serta akses permodalan, maka akan tercipta usaha peternakan yang berorientasi bisnis dan profit” ucap I Ketut. “Hal inilah yang kita harapkan, yaitu peternak sejahtera," tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen PKH I Ketut Diarmita memberikan penghargaan berupa SIWAB AWARD kepada Provinsi yang memiliki capaian IB dan bunting tertinggi di masing-masing cluster (intensif, semi intensif, dan ekstensif), serta kepada Provinsi yang memiliki serapan anggaran terbaik.
Hasil IB tertinggi dari wilayah intensif dicapai oleh Provinsi Jawa Tengah, Lampung dan Jawa Timur. Untuk wilayah semi-intensif, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, sedangkan wilayah ekstensif, yaitu Kalimantan Utara, NTB dan Banten. Tingkat kebuntingan dari wilayah intensif dicapai oleh Provinsi Lampung, Jawa Barat, Bali. Untuk semi intensif, yaitu Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat, sedangkan ekstensif, yaitu NTT, NTB dan Aceh.
Untuk Leasson Learn, pada acara Rakorteknas ini dilakukan pemaparan dari provinsi yang mewakili wilayah intensif, semi intensif, dan ekstensif yaitu: Propinsi Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Riau untuk berbagi pengalaman pelaksanaan SIWAB di wilayahnya.
Selanjutnya dilakukan pendalaman aspek teknis yang dipimpin langsung oleh para Direktur untuk mendukung kegiatan upsus siwab, yaitu: (1) penyediaan semen beku, tenaga teknis dan sarana IB serta Pelaksanaan IB; (2) Distribusi dan ketersediaan semen beku, Nitrogen (N2) Cair dan Konteiner; (3) Pemenuhan hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat ; (4) Penetapan status reproduksi dan penanganan gangguan reproduksi; (5) pengendalian pemotongan betina produktif.
Selain itu, juga dibahas kegiatan strategis lainnya, seperti: mutu dan bahan pakan ternak, pengendalian penyakit hewan strategis, obat hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, penyediaan bull, Hibah ternak, kemitraan usaha peternakan, penyediaan dan peredaran susu, serta optimalisasi kapal ternak.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Ditjen PKH Nasrullah selaku ketua panitia acara menyampaikan, dengan model rapat koordinasi seperti ini, diharapkan keterlambatan penyampaian petunjuk pelaksanaan dan miss komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah dapat diminimalisasi.
"Kita harapkan pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lancar, sehingga tepat pada bulan Januari 2018 kegiatan sesuai alokasi APBN dapat langsung dimulai," tandasnya.
Disnak Jatim Geber Program Upsus SIWAB Sapi Perah 2018
Bila tahun sebelumnya, UPSUS SIWAB dilaksanakan pada sapi potong, tahun ini akan dilaksanakan pada sapi perah. Oleh karenanya, pada hari senin (8/1) kemarin, Dinas Peternakan Prov Jawa Timur (Disnak Jatim) menyelenggarakan Koordinasi Upsus Siwab Sapi Perah. Koordinasi dilaksanakan dengan pengurus KUD sapi perah, perusahaan sapi perah, GKSI serta perwakilan dinas kabupaten/kota yang memiliki potensi sapi perah.
Populasi sapi perah dan produksi susu sapi di Jawa Timur adalah sebanyak 54% dari nasional. “Meskipun kontribusi Jawa Timur terhadap nasional cukup tinggi, namun masih perlu dikembangkan lagi karena kebutuhan Industri Pengolah Susu untuk nasional masih kurang sekitar 800 ton per hari”, ungkap Kepala Disnak Jatim, Drh. Wemmi Niamawati, MMA saat memberikan sambutan. Ditambahkannya, biogas perlu terus digalakkan bagi anggota KUD. Kadisnak mengharapkan ternak yang keluar dan masuk ke Jatim, dilaporkan dan atas rekomendasi dinas kabupaten/kota serta mendapatkan izin dari dinas provinsi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga wilayah Jatim dari penyakit hewan menular.
Pada tahun 2018, di Jatim disediakan 245 ribu straw bibit sapi perah Fresien Holstein (FH) bagi peternak. Bagi ternak sapi perah yang bukan anggota KUD dan GKSI, masih bisa diikutkan UPSUS SIWAB seperti pada sapi potong. Melalui UPSUS SIWAB, petugas KUD diwajibkan melaporkan hasil IB, PKB dan kelahiran melalui iSIKHNAS. Pelatihan pelaporan iSIKHNAS bagi petugas KUD dilakukan oleh dinas kabupaten/kota.
Selain sosialisasi UPSUS SIWAB, juga dilaksanakan sosialisasi asuransi ternak, Nomor Kontrol Veteriner (NKV) serta pembebasan brucellosis. Untuk tahun 2018 ini disediakan 20 ribu Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) bagi peternak sapi di Jatim. pada tahun 2017, KUD Setia Kawan – Nongko Jajar mendaftarkan 5.000 ekor sapi perah untuk ikut asuransi. Dengan adanya asuransi tersebut, sangat membantu peternak, karena pada tahun tersebut peternak memperoleh biaya asuransi sebanyak 960 juta dari 96 ekor sapi yang mati. “Dengan adanya asuransi sapi, peternak tidak rugi terlalu banyak akibat kematian sapinya”’ lanjut Ketua GKSI Jatim, Ir. Sulistyanto.
Sumber: DISNAK JATIM dan rMol.com
Program Upsus SIWAB 2018, Selain Sapi Potong Juga Akan Menyasar Sapi Perah
Pemerintah ternyata masih sangat serius melanjutkan program Upsus Siwab melalui berbagai cara. Setelah pengetatan pengawasan pemotongan sapi betina masih bisa bunting/produktif di RPH-RPH menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan dengan semakin berkurangnya sapi betina produktif meski kadang masih ditemukan juga jagal yang main kucing-kucingan dengan petugas dan tetap bandel memotong sapi betina tersebut meskipun ancaman denda dan kurungan menantinya.
Hasil IB tertinggi dari wilayah intensif dicapai oleh Provinsi Jawa Tengah, Lampung dan Jawa Timur. Untuk wilayah semi-intensif, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, sedangkan wilayah ekstensif, yaitu Kalimantan Utara, NTB dan Banten. Tingkat kebuntingan dari wilayah intensif dicapai oleh Provinsi Lampung, Jawa Barat, Bali. Untuk semi intensif, yaitu Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat, sedangkan ekstensif, yaitu NTT, NTB dan Aceh.Bahkan untuk propinsi Jawa Timur yang termasuk dalam propinsi yang dianggap memiliki tingkat keberhasilan IB tertinggi bersama dengan Jawa Tengah dan NTB, mulai menyasar untuk melaksanakan program SIWAB khusus sapi perah dengan tetap melanjutkan siwab sapi potong yang telah terlebih dahulu dilaksanakan.
Bagaimana Tingkat Keberhasilan Program Upsus Siwab dan Kelanjutannya di Tahun 2018?
"Dari laporan iSKHNAS, capaian IB (Inseminasi Buatan) nasional berdasarkan data kumulatif hingga tanggal 10 Desember 2017 adalah sebanyak 3.717.499 ekor atau 92,94 persen dari target 4 juta ekor. Jumlah kebuntingan nasional mencapai 1.649.716 ekor atau 54,99% dari target 3 juta ekor, serta jumlah kelahiran sebanyak 708.496 ekor,”Pemerintah kembali berkomitmen untuk melanjutkan Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) menjadi fokus kegiatan utama tahun 2018.
"Arah dan kebijakan pembangunan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2018 masih tetap difokuskan pada Upsus Siwab," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Hewan (Dirjen PKH) Kementan I Ketut Diarmita, dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (11/12).
Hal yang sama diutarakannya saat membuka acara Rakorteknas (Rapat Koordinasi Teknis Nasional) di Hotel JW Marriot Surabaya, kemarin.
Rakorteknas yang berlangsung selama dua hari sampai saat ini 12 Desember 2017 dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur Sukarwo, Kepala Dinas yang menangani fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi se Indonesia, Kepala UPT dan Direktur lingkup Ditjen PKH beserta jajarannya.
"Saya berharap melalui rapat koordinasi seperti ini akan terwujud sinergisme antara pemerintah daerah dan pusat, utamanya dalam merespon dinamika perubahan yang sangat cepat, untuk memastikan implementasi kegiatan yang dibiayai pemerintah berpengaruh pada pencapaian sasaran program nasional," kata Ketut Diarmita.
'Pertemuan ini juga untuk mengevaluasi kinerja program/kegiatan tahun berjalan dan mempertajam rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun berikutnya. Pengalaman pelaksanaan tahun 2017 menjadi pelajaran untuk perbaikan pelaksanaan tahun 2018," jelasnya.
Ketut menegaskan, 2018 adalah tahun kedua pelaksanaan Upsus Siwab, yang tentunya hasilnya harus lebih baik lagi dari tahun 2017. "Melalui Upsus Siwab akan kita optimalkan potensi sapi dan kerbau betina di dalam negeri untuk terus menghasilkan anak dalam rangka menambah populasi ternak nasional," ungkapnya.
"Dari laporan iSKHNAS, capaian IB (Inseminasi Buatan) nasional berdasarkan data kumulatif hingga tanggal 10 Desember 2017 adalah sebanyak 3.717.499 ekor atau 92,94 persen dari target 4 juta ekor. Jumlah kebuntingan nasional mencapai 1.649.716 ekor atau 54,99% dari target 3 juta ekor, serta jumlah kelahiran sebanyak 708.496 ekor,” kata I Ketut Diarmita.
"Kami sampaikan apresiasi kepada daerah yang sudah mencapai atau bahkan melampaui target yang telah ditetapkan. Untuk angka kebuntingan ini masih harus terus kita evaluasi sampai tahun 2018, mengingat tanda-tanda kebuntingan baru bisa dideteksi setelah beberapa bulan setelah sapi di IB," sambungnya
Menurut Ketut, Upsus Siwab merupakan langkah nyata Pemerintah mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri.
Selain itu, lanjut dia, untuk meningkatkan pendapatan peternak, maka pengembangan peternakan kedepan, diarahkan menuju peternakan berbasis korporasi dan hilirisasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah.
I Ketut menuturkan, agar terbentuk penguatan kelembagaan peternak perlu dilakukan langkah untuk menggeser dari pola pemeliharaan sapi perorangan kearah kelompok atau pola pemeliharaan kandang koloni, sehingga akan memenuhi skala ekonomi usaha.
"Dengan terbentuknya kelembagaan peternak dan adanya sentuhan teknologi, serta akses permodalan, maka akan tercipta usaha peternakan yang berorientasi bisnis dan profit” ucap I Ketut. “Hal inilah yang kita harapkan, yaitu peternak sejahtera," tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen PKH I Ketut Diarmita memberikan penghargaan berupa SIWAB AWARD kepada Provinsi yang memiliki capaian IB dan bunting tertinggi di masing-masing cluster (intensif, semi intensif, dan ekstensif), serta kepada Provinsi yang memiliki serapan anggaran terbaik.
Hasil IB tertinggi dari wilayah intensif dicapai oleh Provinsi Jawa Tengah, Lampung dan Jawa Timur. Untuk wilayah semi-intensif, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, sedangkan wilayah ekstensif, yaitu Kalimantan Utara, NTB dan Banten. Tingkat kebuntingan dari wilayah intensif dicapai oleh Provinsi Lampung, Jawa Barat, Bali. Untuk semi intensif, yaitu Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Barat, sedangkan ekstensif, yaitu NTT, NTB dan Aceh.
Untuk Leasson Learn, pada acara Rakorteknas ini dilakukan pemaparan dari provinsi yang mewakili wilayah intensif, semi intensif, dan ekstensif yaitu: Propinsi Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Riau untuk berbagi pengalaman pelaksanaan SIWAB di wilayahnya.
Selanjutnya dilakukan pendalaman aspek teknis yang dipimpin langsung oleh para Direktur untuk mendukung kegiatan upsus siwab, yaitu: (1) penyediaan semen beku, tenaga teknis dan sarana IB serta Pelaksanaan IB; (2) Distribusi dan ketersediaan semen beku, Nitrogen (N2) Cair dan Konteiner; (3) Pemenuhan hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat ; (4) Penetapan status reproduksi dan penanganan gangguan reproduksi; (5) pengendalian pemotongan betina produktif.
Selain itu, juga dibahas kegiatan strategis lainnya, seperti: mutu dan bahan pakan ternak, pengendalian penyakit hewan strategis, obat hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, penyediaan bull, Hibah ternak, kemitraan usaha peternakan, penyediaan dan peredaran susu, serta optimalisasi kapal ternak.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Ditjen PKH Nasrullah selaku ketua panitia acara menyampaikan, dengan model rapat koordinasi seperti ini, diharapkan keterlambatan penyampaian petunjuk pelaksanaan dan miss komunikasi antara pemerintah pusat dan daerah dapat diminimalisasi.
"Kita harapkan pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lancar, sehingga tepat pada bulan Januari 2018 kegiatan sesuai alokasi APBN dapat langsung dimulai," tandasnya.
Disnak Jatim Geber Program Upsus SIWAB Sapi Perah 2018
Pada tahun 2018, di Jatim disediakan 245 ribu straw bibit sapi perah Fresien Holstein (FH) bagi peternak. Bagi ternak sapi perah yang bukan anggota KUD dan GKSI, masih bisa diikutkan UPSUS SIWAB seperti pada sapi potong. Melalui UPSUS SIWAB, petugas KUD diwajibkan melaporkan hasil IB, PKB dan kelahiran melalui iSIKHNAS. Pelatihan pelaporan iSIKHNAS bagi petugas KUD dilakukan oleh dinas kabupaten/kota.Untuk mengakselerasi percepatan target pemenuhan populasi sapi potong dalam negeri, Kementerian Pertanian meluncurkan program Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting (UPSUS SIWAB). Upaya ini dilakukan sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengejar swasembada sapi yang ditargetkan tercapai pada 2026 mendatang. Diharapkan melalui Upaya Khusus ini terwujud Indonesia yang mandiri dalam pemenuhan pangan asal hewan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak rakyat
Bila tahun sebelumnya, UPSUS SIWAB dilaksanakan pada sapi potong, tahun ini akan dilaksanakan pada sapi perah. Oleh karenanya, pada hari senin (8/1) kemarin, Dinas Peternakan Prov Jawa Timur (Disnak Jatim) menyelenggarakan Koordinasi Upsus Siwab Sapi Perah. Koordinasi dilaksanakan dengan pengurus KUD sapi perah, perusahaan sapi perah, GKSI serta perwakilan dinas kabupaten/kota yang memiliki potensi sapi perah.
Populasi sapi perah dan produksi susu sapi di Jawa Timur adalah sebanyak 54% dari nasional. “Meskipun kontribusi Jawa Timur terhadap nasional cukup tinggi, namun masih perlu dikembangkan lagi karena kebutuhan Industri Pengolah Susu untuk nasional masih kurang sekitar 800 ton per hari”, ungkap Kepala Disnak Jatim, Drh. Wemmi Niamawati, MMA saat memberikan sambutan. Ditambahkannya, biogas perlu terus digalakkan bagi anggota KUD. Kadisnak mengharapkan ternak yang keluar dan masuk ke Jatim, dilaporkan dan atas rekomendasi dinas kabupaten/kota serta mendapatkan izin dari dinas provinsi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga wilayah Jatim dari penyakit hewan menular.
Pada tahun 2018, di Jatim disediakan 245 ribu straw bibit sapi perah Fresien Holstein (FH) bagi peternak. Bagi ternak sapi perah yang bukan anggota KUD dan GKSI, masih bisa diikutkan UPSUS SIWAB seperti pada sapi potong. Melalui UPSUS SIWAB, petugas KUD diwajibkan melaporkan hasil IB, PKB dan kelahiran melalui iSIKHNAS. Pelatihan pelaporan iSIKHNAS bagi petugas KUD dilakukan oleh dinas kabupaten/kota.
Selain sosialisasi UPSUS SIWAB, juga dilaksanakan sosialisasi asuransi ternak, Nomor Kontrol Veteriner (NKV) serta pembebasan brucellosis. Untuk tahun 2018 ini disediakan 20 ribu Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) bagi peternak sapi di Jatim. pada tahun 2017, KUD Setia Kawan – Nongko Jajar mendaftarkan 5.000 ekor sapi perah untuk ikut asuransi. Dengan adanya asuransi tersebut, sangat membantu peternak, karena pada tahun tersebut peternak memperoleh biaya asuransi sebanyak 960 juta dari 96 ekor sapi yang mati. “Dengan adanya asuransi sapi, peternak tidak rugi terlalu banyak akibat kematian sapinya”’ lanjut Ketua GKSI Jatim, Ir. Sulistyanto.
Sumber: DISNAK JATIM dan rMol.com